February 29, 2012

Apa itu PSIKOSOMATIS

Pernahkah anda merasa sering sakit maaq lalu anda periksa ke dokter dan tidak ada masalah ?
Anda cari sumber penyakit kemana-mana dan tidak ketemu. Rupanya sumber penyakit tersebut adalah karena anda sering stress. Nah, itulah salah satu contoh dari penyakit psikosomatis.

Psiko artinya pikiran dan soma artinya tubuh. Jadi, Psikosomatis artinya penyakit yang timbul yang  disebabkan oleh kondisi mental atau emosi seseorang. Penyakit ini juga disebut penyakit akibat stress.
Untuk memahami terjadinya penyakit psikosomatis, maka kita perlu mengetahui beberapa
hukum pikiran, yang salah satunya ialah:
- Salah satu pikiran atau ide, mengakibatkan suatu reaksi fisik.
- Simtom yang muncul dari emosi cenderung mengakibatkan perubahan pada tubuh fisik bila simtom ini bertahan lama.

Hukum pertama menyatakan bahwa setiap pikiran atau ide mengakibatkan suatu reaksi fisik. Jika seseorang beranggapan bahwa ia sakit jantung. Maka perasaan tidak nyaman di dadaakan muncul. Dan bila ide ini tetap dipertahankan dan 'diyakini' akan menjadi 'belief', karena gejalanya memang benar gejala penyakit jantung, maka, sesuai bunyi hukum kedua, ia akan benar-benar sakit jantung.

Ada lima cara pikiran bawah sadar berkomunikasi dengan pikiran sadar. Bisa melalui perasaan,intuisi, mimpi, kondisi fisik, dan dialog internal. Umumnya pikiran bawah sadar menyampaikan pesan melalui perasaan atau emosi tertentu. Bila pesan ini tidak ditanggapi maka ia akan menaikkan level intensitas pesannya melalui suatu gangguan fisik dan terjadilah yang disebut penyakit Psikosomatis.

David Cheek M.D., dan Leslie LeCron dalam bukunya 'Clinical Hypnotherapy(1968)' , terdapat 7 hal yang bisa mengakibatkan penyakit psikosomatis :
  1. Internal Conflict : konflik diri yang melibatkan minimal 2 parts.
  2. Organ Language : bahasa yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan perasaanya. 
  3. Motivation/Secondary Gain : Keuntungan yang dapat diterima dari seseorang denganpenyakit fisiknya, misalnya perhatian dari orang tua, suami, istri, atau lingkungannya, atau menghindari tanggung jawab tertentu.
  4. Past Experience : Pengalaman masa lalu yang bersifat traumatik yang mengakibatkanemosi yang intens dalam diri seseorang.
  5. Identification : Penyakit muncul karena mengidentifikasi seseorang yang dianggap memilikiotoritas atau figur. Klien akan mengalami sakit seperti yang dialami figur otoritas itu.
  6. Self Punishment : pikiran bawah sadar membuat klien sakit karena klien punya perasaan bersalah akibat dari melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan nilai hidup yang klien pegang.
  7. Imprint : Program pikiran yang masuk ke pikiran bawah sadar klien saat mengalami emosi yang intens. Contohnya orang tua yang mengatakan,"Jangan sampai kehujanan, nanti kamu bisa flu."
Karena sumber masalah yang sebenarnya adalah emosi maka terapis harus mampu memproses emosi terpendam yang menjadi sumber masalahnya.

Tebetts mengatakan ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit
psikosomatis dan mengatasi simtomnya dengan teknik uncovering :
  1. Memori yang menyebabkan munculnya simtom harus dimunculkan dan dibawa kepikiran sadar untuk diketahui.
  2. Perasaan atau emosi yang berhubungan dengan memori ini harus kembali dialami dandirasakan oleh klien.
  3. Menemukan hubungan antara simtom dan memori.
  4. Harus terjadi pembelajaran pada secara emosi atau pada level pikiran bawah sadar,sehingga membuat seseorang membuat keputusan di masa depan, yang mana keputusannya tidak dipengaruhi lagi oleh materi yang tertekan (repressed content) dipikiran bawah sadar klien.
Pada saat alasan terciptanya penyakit psikosomatis ini dihilangkan, maka pikiran bawah sadar tidak mempunyai alasan lagi untuk memunculkan penyakit ini di masa mendatang.

Source: http://hipnotiscenter.com/index.php/pdf/AplikasiManfaat-Hipnotis/apa-itu-psikosomatis.pdf

Gemini Daily Horoscope For February 29, 2012

The Moon's last day in your Solar Chart's house of secrets could be quite favorable for you, Gemini. This is because of the combination of the Moon and your planet, Mercury. This planetary configuration could bring unexpected help as far as your career or reputation is concerned. Be careful in your professional relationships with others, however, because Mercury could help the negative side of your reputation as well as the positive one. If you stick to routines, chances are good that the day will be fun.

What ever lah..Butuh bukti bukan bull shit !!

Absurd

Menahan diri untuk tetap sabar;
Menahan hati untuk tetap ikhlas
Menahan mata untuk tidak menangis;
Menahan mulut untuk tidak menyakiti demi kepuasan diri;
Menahan pikiran untuk tidak merencanakan kebodohan yang akan gue sesali;

For how long GOD ???.. #another chapter of "Galau-ness"...

February 28, 2012

Ivan Handojo ~ Pada Waktunya

Memilih Sesuai Keinginan Atau Kebutuhan...

KEINGINAN ...... It has been a long plan for me to visit Taj Mahal and watch it with my own eyes.. Semua persiapan, mental dan fisik udah gue lakukan hampir setahun yang lalu, karena kalo memang "di ijinkan", ini akan menjadi perjalanan terjauh yang akan gue lakukan "sendirian" without my parents and i only depend on me...


Tetapi ditengah persiapan itu dan waktu perjalanan yang semakin dekat, gue dihadapkan dengan 1 kata yang ...Goooossshhhh, it's hard to deny it.. KEBUTUHAN !!!


Kebutuhan Financial yang harus gue dapatkan dan gue gak mau keluarga gue tau akan kecemasan ini. Sering banget nyokap "curhat" soal ini, terlebih kepada soal besarnya kebutuhan untuk pengobatan adek gue yang , only God knows when and how it would end...#kakak lo gimana ??... KELAUT !!!!


Lalu mulailah, gue giat lagi mencari pekerjaan baru.. karena kalo ngarepin kenaikan gaji dari kantor gue sekarang... #SIGH !!!!!.. FORGET IT !!... Semua lowongan dan kesempatan untuk interview gue jabanin, dari yang impossible ampe yang agak jelas ada di depan mata.


But again.. Kecemasan timbul, what if kalo salah satu dari semua-nya itu membuka pintu dan memberikan gue kesempatan baru ???.... #gimana ama urusan Indian Traveling gue ???.... Sering kali gue meminta "Tuhan, berikan yang saya butuhkan dan buat saya mau menerima itu semua dari pada mengharapkan keinginan saya yang tidak sesuai dengan jalan yang Kau rencanakan" ... #kok mata jadi ngembeng gini... :(


Sangat percaya bahwa DIA hanya memberikan yang terbaik, apa pun itu. Dan dengan "Ikhlas" kita bisa melihat bahwa semua itu indah. Tapi gue masih manusia yang egois.. #pembelaan teruuussss...
Hhhhmmmm..... time is ticking and bila waktunya sudah sampai, semoga gue bisa benar-benar bijaksana untuk memilih yang terbaik untuk semua, gue sadar kalo harus ada yang dikorbankan dan berharap semoga jangan orang-orang yang gue sayang yang menjadi korbannya, cukup gue aja.


Gue yang sedang galau bukan karena urusan cinta.. 

February 27, 2012

Whitney Houston R.I.P. - One Moment In Time (Grammy Awards Live)

Kisah Nyata: Suara Iblis Penderita Skizofrenia

*) Catatan, bagi yg belum siap, jangan baca ya. Oh ya, setelah pulih, Ken Steele menjadi aktivis kesehatan jiwa.

Jakarta, Senin
Inilah "sisi dalam” seorang penderita skizofrenia. Hidupnya dikuasai “para iblis” di dalam kepalanya yang selalu menyuruhnya bunuh diri.

The Day the Voices Stopped: A Memoir of Madness and Hope (Mereka Bilang Aku Gila: Memoar Seorang Skizofrenik), yang dialihbahasakan oleh Rahmani Astuti dan diterbitkan oleh Qanita, Bandung, ini memaparkan pergulatan pengalaman pribadi penulisnya.

Suara-suara itu datang tanpa peringatan pada suatu malam bulan Oktober, saat aku berumur 14 tahun. “Bunuh dirimu - Bakar tubuhmu,” kata mereka. Beberapa menit sebelumnya, aku mendengarkan kelompok musik Frankie Valli and the Four Seasons, dari sebuah radio di samping tempat tidurku.

Suara-suara itu bernada rendah dan mendesak, mengejek, dan menertawakan, terus berbicara kepadaku dari radio. “Gantung dirimu. Dunia akan menjadi lebih baik tanpamu. Tak ada yang baik padamu, tak ada kebaikan sama sekali.”

Setiap kali aku berada di dekat pesawat televisi atau radio, suara-suara itu menjadi semakin keras dan kuat, dan tampaknya semakin banyak jumlahnya. Mereka seakan-akan sedang menulis dan menyutradarai kisah hidupku, menyuruhku melakukan apa yang boleh dan tidak boleh kulakukan.
Ketika ayahku bertanya tentang apa yang kami lihat di televisi, apa yang kuketahui, bagaimana pendapatku, aku melakukan apa yang diperintahkan suara-suara itu: meletakkan kedua tangan menutupi telingaku dan berbalik memunggungi dia.

Ayah marah besar. Lalu apa yang dikatakari suara-suara itu? “Anak tak tahu terima kasih, lihat apa yang telah kamu lakukan. Kamu telah mengecewakan ayahmu. Orangtuamu layak mendapatkan anak yang lebih baik daripada kamu."

Lalu, ketika Ibu dan Ayah memberitahuku bahwa mereka sedang menantikan seorang bayi, suara-suara itu lebih tahu. Mereka telah memastikan bayi itu laki-laki. Mereka membuat seakan-akan bayi itu bicara denganku. “Aku akan datang. Aku akan lahir,” calon adikku berbisik dengan bengis dari dalam perut ibuku yang membesar. “Kamu harus pergi!”

Aku juga didatangi bayangan-bayangan aneh: bentuk-bentuk tidak jelas yang bergerak di depan mata pikiranku. Terkadang, bayangan-bayangan itu muncul lebih jelas, tapi hanya selama beberapa detik. Bayangan-bayangan visual datang dan pergi, tapi suara-suara itu selalu menemaniku - kadang meraung di telingaku, kadang berceloteh di latar belakang. Semakin lama aku semakin cenderung mematuhi perintah-perintah mereka.

“Oke, aku akan membakar diri ... Aku akan gantung diri. Ya, ya, aku akan bunuh diri.” Saat itu bulan Agustus. Setelah aku mendengar ibuku menjerit dan ayahku mengguncang-guncang tubuhku, barulah aku sadar bahwa aku telah memuntahkan kata-kata itu di ruang keluarga di depan seluruh keluargaku.

Aku pun lari dari rumah. Aku lari ke hutan. Malam itu, aku melakukan tiga percobaan untuk mengakhiri hidupku. Pertama, aku berdiri di atas kursi, lalu mengikat tali itu ke leherku. Namun, aku tak berhasil menendang kursi itu supaya jatuh. Aku gagal. Aku turun dari kursi. Dengan air mata bercucuran di wajah, aku mencari cairan bahan bakar dan menuangkannya ke kepalaku. Aku tak sanggup menyalakan korek dan membakar diriku.

Suara utusan iblis

* Setengah berlari, dalam kebingungan aku menyeret tubuhku sepanjang satu mil menuju Rute 69, sebuah jalan padat lalu lintas. Rencanaku, melompat ke depan sebuah mobil. Aku berdiri di sisi jalan. Namun, aku melihat lampu sorot di atas mobil.

Bagaimana jika itu mobil polisi? Bagaimana jika polisi itu datang untuk menahanku? Dengan panik aku berlari kembali dari jalan.

Besok malamnya orangtuaku mengajakku menemui Dr. Sullivan. Setelah berbicara denganku, dokter itu bicara dengan Ayah. Wajah Ayah berubah. Setiba di rumah, aku bertanya pada Ayah tentang penyakitku. Ayah memberi selembar kertas, bertuliskan: “Skizofrenia”.

Pukul 10.00 keesokan harinya, aku sudah berada di perpustakaan, mencari arti kata itu di kamus kedokteran. Ternyata, penyakit jiwa! Suara-suara itu membesarkan volumenya dan mengejekku. “Ibu dan ayahmu ingin kamu lenyap dari kehidupan mereka.” Pelan-pelan aku mulai mempercayai pesan suara itu bahwa setiap orang di rumah menginginkan aku pergi - setiap orang. Kecuali nenek.
Suatu sore di bulan Agustus, nenek sedang duduk menjahit. Dengan tergagap karena takut dan malu, kuceritakan kepada nenek tentang suara-suara itu. Nenek menatapku tajam. Dari nenek kutahu, suara-suara itu utusan iblis, yang diperintah untuk menyikaku. Aku menyatakan perang melawan mereka.

Namun, aku harus mencari tempat berlindung. Beberapa hari kemudian, aku pergi ke gereja Katolik Roma di Waterbury. Saat misa, suara pastur diikuti oleh suara-suara yang ada di kepalaku. “Atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Kenny mengira bisa terbebas dari kami.” Mereka mengejek. “Kamu tak akan pernah terbebas dari kami. Tak ada ampunan,” kata satu suara. “Tak ada pembebasan,” tambah yang lain. “Tak ada keringanan atas dosa-dosamu,” tegas suara ketiga.

Tiba-tiba jemaat gereja membengkak jumlahnya, semua menatapku dengan pandangan menghina, marah, dan benci. “Musuhmu ada di mana-mana di sekelilingmu. Mereka tahu kamu dikutuk di neraka. Pergilah, lakuhan perintah mereka. Mati.” Sambil terhuyung-huyung aku lari meninggalkan gereja.
Menurut keyakinan umum, skizofrenia merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga. Ketika aku bertanya apakah ada saudara ibu yang mengidap penyakit mental, ibu ingat ada seorang bibi dari generasi nenek buyut yang “terus menerus berbicara dengan Yesus”.

Tidak peduli apa pun alasannya, aku sudah hancur berkeping-keping di mata semua orang. Sebelumnya, aku murid teladan. Kini aku mulai gagal dalam pelajaran, sering membolos, dan malah pergi ke mana pun yang diperintahkan suara-suara itu.

Dibayangi suara

* Kini aku mengerti, perubahan yang berarti dalam nilai pelajaran dari sangat baik menjadi sangat buruk - merupakan tanda awal seorang anak sedang menghadapi kesulitan. Juga, mengasingkan diri merupakan salah satu gejala paling umum dari penyakit ini, dan keluarga harus memperhatikan hal itu.
Aku memang tak punya alasan untuk meninggalkan kamarku. Dalam kepalaku ada bermacam ragam karakter yang membuatku sangat sibuk.
Pada tahun-tahun awal penyakit itu aku masih dapat bolak-balik di antara dua duniaku. Namun, aku terjerembap semakin dalam ke “neraka”, tempat suara-suara itu mengambil alih kekuasaan atas diriku. Selama lebih dari setahun, aku ketakutan pergi ke luar untuk sekadar mengambil surat karena paranoiaku. Jantungku akan berdegup kencang dan keringat mengucur di wajahku saat memikirkan bahwa aku harus berjalan keluar pintu depan. Aku akan mengintip dari balik tirai kamarku, dengan obsesif mengawasi mobil-mobil dan orang-orang yang lewat.

Bagiku, ayah adalah setan paling besar. Hubungan kami telah memburuk sampai pada titik saat kami tidak bisa berada di satu ruangan atau di bawah atap yang sama. Aku takut dia akan memergokiku berbicara dengan suara-suaraku, yang terjadi semakin sering.

Membaca dan menulis tetap menjadi aktivitas satu-satunya dalam hidupku yang dapat membebaskanku dari suara-suara itu. Jika kupusatkan perhatian pada cerita yang kubaca atau entri-entri yang kutulis dalam buku harianku, konsentrasi itu akan menurunkan volume suara-suara itu dan sekali-sekali bahkan dapat membungkam mereka.

Usiaku 17 tahun, usia yang sudah mencukupi bagi seorang pemuda - dan orang yang tidak bersekolah - untuk diharapkan mendapat pekerjaan dan punya nafkah sendiri. Ayah sudah memperingatkan, “Saat kamu berumur 18 tahun, semua kewajiban ibumu dan aku atas dirimu sudah berakhir.”

Akhirnya, aku merantau ke New York, tinggal di apartemen kumuh, sendirian. Aku diterima bekerja sebagai pesuruh di penerbit Women’s Wear Daily. Setiap hari Sabtu, aku menenggelamkan diri di New York Public Library. Namun, buku dan pekerjaanku tak memberi perlindungan bagiku. “Pergilah berjalan-jalan, Kenny. Carilah bangunan yang tepat untuk melompat. Kamu punya waktu dan kesempatan.” Suara-suara itu terus menguntitku.

Aku berkenalan dengan Ted, pemuda rapi dan baik hati, yang sering mentraktirku makan siang. Aku merasa aman bersamanya. Setidaknya, aku tidak sendirian lagi.

Mengejutkan, sekitar dua bulan bekerja, aku ditawari posisi sebagai asisten redaksi di Majalah Men’s Wear, terbitan Fairchild lainnya. Selain bertugas menulis, aku juga membantu redaktur pelaksana soal mesin dan tata letak.

Celaka, suara-suara itu datang lagi. “Kamu tak bisa hanya duduk dan pura-pura sibuk. Mereka berharap kau menangani sesuatu, dan kamu tak akan mampu melakukannya.” Maka, pikiranku berkeliaran ke dunia suara-suara selama beberapa jam setiap hari, sementara tubuhku tetap di depan mejaku. Tiba-tiba, redaktur pelaksana berdiri di depanku, “Kau belum menyelesaikan pekerjaan itu?” Ia mengambil bahan tulisan di tanganku, “Kau jelas-jelas belum mengoreksinya dengan teliti!”
Aku semakin sering berbuat kesalahan, semakin sering diperingatkan, tapi siksaan mental itu mencegahku mempedulikan peringatan itu. Ada kekuatan besar mempengaruhi hidupku. Hanya enam bulan aku berhasil bertahan di dunia kerja yang nyata. Aku diberhentikan.
Terperosok jadi pelacur

* Akhir Agustus 1966, uangku tinggal beberapa dolar dan aku pasti diusir dari kamarku karena tak mampu membayar sewa. Ted menemuiku dalam tampang yang berantakan. Ia menyuruhku membersihkan tubuh, memakai celana jins putih ketat, dan menyisir rambutku.

Di sebuah kafe, ia mengenalkan pada Nick, yang menanyakan keadaan keuanganku. Ia langsung ke inti pembicaraan, “Sekarang kau bekerja untukku.” Lalu ia mengemukakan pengaturan untuk “mempekerjakan” aku, “Teddy akan memberi tempat tinggal, makan, dan pakaian padamu. Teddy yang akan memakaimu pertama kali, sebab dia yang merekrutmu. Aku akan memakai kamu kalau aku sedang ingin nanti. Akan ada para pelanggan - pria-pria lebih tua - yang menyukai anak-anak muda. Tugasmu membuat mereka senang. Semua janji dan pengaturan uang aku yang tangani. Kamu berikan setiap tip dan hadiah padaku, dan aku akan memberimu sebagian jika kupikir itu layak kau peroleh. Jelas?”

Selesai berhubungan seks dengan Ted di apartemennya, suara-suara itu datang lagi. “Bagai mana pendapat pendeta tentangmu sekarang? Apa kata nenek jika dia tahu apa yang dilakukan si kecil Kenny? Kau pelacur lelaki menjijikkan. Bocah busuk, kau benar-benar layak mati. Mati."
Benar, dengan sebagian dari diriku yang telah mati, masuklah aku ke dunia prostitusi pria. Menjadi pelacur seperti ini ada persamaannya dengan penderita skizofrenia: hal yang aneh dianggap normal. Aku menjadi kedua-duanya sekaligus.

Sebagai pendatang baru, aku sangat laris. Namun, sesudah berkencan dengan beberapa pelanggan, larut malam atau dini hari, aku kembali ke apartemen, dan Ted telah menungguku untuk mengambil “jatah”-nya. Melayani sekaligus semua lelaki, aku tak kuat lagi. Ted bilang, itu bagian dan kontrak kami. Ia lalu menyuruhku menemui Nick.

Hiii ... bos berwajah seram itu. Memasuki apartemen mewahnya, hatiku berdegup. Ia menungguku tanpa kemeja. Dada dan punggungnya penuh bulu, aku jijik. Berkilah mau membersihkan diri, aku langsung kabur. Memang, sebaiknya aku mengikuti saja perintah suara-suara itu. Lagi pula aku tak membayangkan jika Ted dan Nick serta para begundalnya bisa menemukan diriku. Lebih baik kurancang sendiri kematianku.

Aku sudah berada di tepi atap sebuah bangunan. Kakiku menggantung di sisinya, dan memandang ke bawah, mencoba menentukan titik paling tepat untuk menjatuhkan tubuhku di atas tanah. Hanya saja, dalam sekejap atap dipenuhi banyak sekali orang - polisi, petugas pemadam kebakaran, petugas ambulans, dan suara-suaraku. “Lihat semua orang itu. Mereka ke sini untuk mendorongmu jatuh jika kamu tak melakukannya sendiri. Pengecut. Lakukan sekarang.”

Seorang lelaki berjas dengan lembut membujukku, “Aku bisa membantumu. Ada obat yang membuat suara-suara dalam kepalamu pergi. Mari ikut aku.” Kubiarkan ia merengkuh tanganku. Tanpa disentuh oleh polisi, ia membawaku ke ambulans di bawah. Dalam keadaan dipegangi dan diikat ke tempat tidur, aku dibawa ke unit gawat darurat Manhattan State Hospital di Wars Island. Saat itu, Desember 1966, lebih empat tahun sejak suara-suara itu menggangguku.
Labirin psikotik
* Rumah gila. Kini aku berada di dalamnya. Suntikan obat penenang thorazin dosis tinggi membuatku lemah dan buta sementara. Aku terbaring selama dua bulan lebih, dan tak ingat apa pun.
Setelah kelopak mataku dibuka paksa dan bisa melihat kernbali, aku dibawa menghadap ke sidang para dokter dan hakim. Kata salah seorang, “Anda punya saudara selain keluarga dekat untuk bisa kami hubungi? Kami telah hubungi orangtua Anda, tapi mereka bilang, umur Anda sudah 18 tahun, dan hidup mandiri.”

Jantungku melesak. Aku telah didepak oleh orangtuaku! Tak ada seorang pun di atas bumi ini yang peduli denganku. Aku mulai bicara, tapi kata-kata itu tumpang tindih satu sama lain, terputar balik, tak dapat dimengerti. Apa yang terjadi padaku? Aku berjuang mengungkapkan satu pikiran, “Tolong. Aku tak tahu apa yang sedang menimpaku.” Namun, yang didengar dokter, aku hanya berceloteh.

Untunglah, di tengah komunitas yang mengerikan ini, masih ada perawat yang mau membawakan aku beberapa Majalah Reader’s Digest dan buku Catcher in the Rye. Tenggelamlah aku dalam bacaanku, terpisah dari dunia orang-orang gila itu.

Ketika aku mulai betah, dan memiliki seorang sahabat senasib, Anthony, suatu hari seseorang datang menjengukku ke rumah sakit. Ah, Teddy. Mengaku sebagai familiku, ia mengajakku kabur.

Setiba di apartemennya, Ted langsung membawaku ke tempat tidur. Setelah selesai, kutegaskan bahwa aku tak mau jadi pelacur lagi. Ted mengingatkan agar aku jangan main-main dengan Nick, “Dia mengharapkan kau kembali. Dia bahkan sudah mencatat daftar panjang untuk kencanmu.”

Setelah berbaur dengan pergaulan keras orang-orang sakit jiwa di rumah sakit, Nick bukan lagi sosok yang menakutkan bagiku. Dengan naik taksi aku kembali ke rumah sakit. Aku dikirim ke Harlem Valley State Hospital. Sayang, para stafnya tak terlalu suka membantu. Tak ada yang mau membawakanku buku. Atmosfer di sini amat berbau seks. Lebih dari sekali aku memergoki hal itu di kamar mandi.

Beberapa malam kemudian, dua orang pria memasuki kamarku. Aku kira mereka petugas. Mereka memerintahkanku untuk bangun. Mereka mengikat tanganku di belakang dan menutup mataku dengan kain kasar, lalu membawaku ke kamar mandi. Mereka membasahi dan menyabuni tubuhku. Aku tak bisa bergerak sama sekali. Mereka menyeretku ke kamar pengasinganku kembali. Lalu, mereka bergantian menindihku. Gelombang demi gelombang kesakitan yang semakin meningkat kurasakan di seluruh tubuhku. Suara-suara itu menyorakiku.

“Pelacur ... babi betina ... kamu cuma seonggok daging. Kamu jadi budak sekarang, pelayan semua pria. Kami menyuruhmu untuk mati. Gantunglah dirimu. Selesaikan ini, Kenny. Akhiri ceritanya di sini."

Aku dilarikan ke sebuah rumah sakit kecil di dekat Connecticut, menjalani pembedahan untuk memulihkan luka pada otot lingkar dubur akibat perkosaan itu. Lewat televisi yang dinyalakan perawat di kamarku, suara-suara itu datang lagi. Berbeda dengan sebelumnya, mereka mencurahkan perhatian pada kemarahanku. “Kamu harus membalas dendam, Kenny. Beri mereka pelajaran. Kami mencari cara supaya kamu bisa membalas dendam sampai tuntas.”

Setelah dirawat tiga minggu, aku dikembalikan ke Harlem Valley, ke ruang perawatan yang dihuni para manula. Beberapa menganggapku anak atau cucu mereka. Dua orang nenek menyatakan bahwa aku ayahnya. Yang lain percaya bahwa aku suaminya dan mencaciku karena tak mau menemaninya. Ada yang berkeras dialah presiden Amerika Serikat. Ada pula dua pria yang mengaku sebagai Musa. Dua orang lainnya menyatakan diri sebagai Yesus.

Beberapa bulan di sini, aku masuk daftar pembebasan. Anthony, sahabatku, dibebaskan lebih dulu. Setelah aku dan Anthony saling mengucapkan selamat tinggal, Tuan Marks, pekerja sosialku, berkata, “Jika kamu punya keluarga yang memintamu pulang, kesempatan dibebaskan jauh lebih besar. Tapi itu mustahil. Orangtuamu punya anak kecil dan mereka tak berani menanggung akibatnya.”

Ayah ibuku telah menghubungi rumah sakit, telah bercerita tentang adikku, malah telah mengirimiku uang. Namun, mereka tak pernah mengunjungiku, bahkan tak pernah meneleponku. Jika orangtuaku mau mendampingiku sejak awal dan mau mendukungku, mungkin akan berpengaruh baik pada penyakitku.

“Sudah kami bilang kalau ini akan terjadi. Bayi itu sendiri sudah memberitahumu, dulu sekali ketika ia masih ada di perut ibumu.” Suara-suara itu seperti mendapat kemenangan. Aku mulai lebih sering berpikir tentang bunuh diri. Aku bertanya-tanya, hidup seperti apa yang terbentang di depanku. Satu—satunya teman sejatiku, Anthony, sudah pergi, dan aku sudah dibuang keluargaku sendiri. Mungkin aku memang akan dibebaskan suatu hari tapi untuk apa? Aku belum pernah merasakan begitu sendirian sebelumnya.

Menemukan jati diri

* Hanya suara-suara itulah yang kumiliki. Mereka mendesakku untuk melarikan diri. Kadang-kadang aku melihat suara-suara itu. Penampakan itu nyata - dan mengerikan.

Si Penguasa, yang suaranya paling dominan, adalah iblis - bukan setan dengan wajah merah dan bertanduk, melainkan seekor makhluk serigala yang lebih besar daripada serigala betulan, berdiri tegak dengan dua kaki. Suara-suara lain, setan-setan yang lebih kecil, adalah sekawanan anjing, tapi juga manusia.

Mengikuti instruksi mereka, akhirnya aku melarikan diri ke Boston. Dua bulan aku berkeliaran di kota ini, tidur di emperan toko, membuat tempat tidur dari daun-daun kering di taman. Untuk makan, aku mengais-ngais kotak sampah di belakang restoran, bersyukur jika menemukan sisa makanan yang telah dibuang. Orang-orang menyisih saat aku lewat.

Ah, aku tertangkap lagi. Aku tetap membisu karena lelah berbicara. Akibatnya, aku dikirim ke Westboro State Hospital. Di sini aku mengganti identitas, bahkan namaku menjadi K. Shannon Steele. Dengan penuh pengertian, seorang perawat memperhatikan perubahan dalam diriku. Aku ditempatkan di rumah transisi, Kampus Westboro, tempat para pasien yang dianggap bisa hidup lebih mandiri.

Di sini aku menunjukkan bakatku sebagai koki kepala. Bahkan, aku diterima bekerja di suatu panti wreda. Inilah periode stabil bagiku. Saat-saat paling produktif, ketika aku berhasil membangun harga diri. Aku membutuhkan pekerjaan yang dapat memberi makna dan bukannya diberi tugas untuk sekadar membuatku sibuk.

Dua minggu bekerja di dapur panti wreda, aku dipanggil kepala perawat. Aku ditawari jadi asisten perawat. Kujalani tugas itu, yang selama delapan bulan mendekatkan aku pada kehidupan normal. Tiba-tiba, suatu malam aku mendapat kabar, perawat McCarthy yang telah berjasa padaku itu diserang pasien yang baru masuk. Bayi yang dikandung perawat itu lahir prematur, hanya bisa bertahan hidup tiga minggu.

Suara-suara itu langsung menyerangku. “Jika bukan karena kamu, perawat McCarthy tak akan kehilangan bayinya. Dia berencana cuti hamil, tapi kamu datang. Ada korban bayi lagi, kau tahu? Berapa banyak lagi orang yang akan kau sakiti? Kau harus mati supaya orang lain hidup. Kapan kau akan menjalankan perintah kami? Bunuh diri, itulah satu-satunya jawaban.”

Dilanda badai psikotik seperti itu, aku jadi jijik pada diri sendiri. Aku sudah berusaha keras meraih kehidupan yang berguna, tapi setiap usaha justru mendatangkan bencana dan aku kembali di tempatku semula: terkutuk berkelana di dunia sendirian.

Cepat kukemasi barang, lalu aku kembali ke jalanan. Tidur di toilet umum. Terpaksa menumpang trailer-traktor besar menuju Chicago, dengan imbalan “pelayanan seksual tertentu”. Dari sopir itu aku berkenalan dengan alkohol, yang ternyata membantuku meredakan suara-suara itu.
Melompat dari Golden Gate

* Aku terseret lagi masuk dunia gay, dan “ditemukan” seorang anak jutawan, Karl, yang membawaku pergi naik pesawat dan tinggal di hotel berbintang. Aku sangat terpukul ketika beberapa hari kemudian Karl ditemukan mati bunuh diri.

Kembali kususuri jalanan Kota Denver, meringkuk di emperan toko. Suara-suara itu menuntunku berjalan satu setengah hari menyusuri Highway 25, menunggu truk berukuran besar untuk melemparkan tubuhku di depannya. Sayang, polisi meringkusku, dan mengirimku ke Pueblo State Hospital di Pueblo, Colorado. Aku diasingkan dalam sebuah lemari besar. Amat tersiksa. Beruntunglah orangtuaku turut campur mengeluarkan aku dari “neraka” ini.

Setelah sepuluh tahun menghilang, akhirnya aku diterima kembali di rumah orangtuaku. Adikku Joey sudah besar. Hubungan kami kembali menghangat, meskipun ayah tetap terus mengawasiku. Aku diterima bekerja di pabrik di tengah Kota Waterbury. Di rumah, kami makan malam bersama. Sungguh keluarga bahagia.

Namun, ih ... suara-suara itu membujukku untuk meniru kematian seorang wanita muda, Karen Ann Quinlan, yang menemui ajal setelah meminum obat anticemas, valium dan librium, sekaligus. Perpaduan ini bisa menyebabkan mati otak. Ya, aku ingin membunuh otakku agar suara-suara itu tak mengganggu lagi.

Begitulah, suatu pagi di bar dekat pabrikku, aku menelan semuanya, dibantu alkohol. Tiba-tiba aku pingsan. Polisi memenjarakan aku. Ayah datang membayar uang jaminan. Aku boleh pulang. Esoknya, dengan amat marah ibu melemparkan koran Waterbury Republican ke wajahku. Di dalamnya tertulis, Kenneth Steele ditangkap dengan tuduhan: tindakan cabul, melawan penangkapan, perilaku mengacau, mengganggu ketenangan.
Aku terpaksa “membuang diri” kembali dari lingkungan keluarga. Apalagi Ayah berkata tegas, “Begitu urusanmu selesai, kuharap kau pergi dari sini dan tak pernah kembali lagi.” Kuputuskan masuk kembali ke rumah sakit jiwa, Norwich State Hospital di tenggara Connecticut. Dua tahun aku di sini. Berperilaku baik, lalu diterima di rumah transisi, dan menjadi asisten perawat di suatu panti wreda. Aku pun berjuang mengurangi kebiasaan merokok, dari tiga pak sehari menjadi hanya satu pak.
Aku mengumpulkan uang untuk satu tujuan baru. Apakah itu? Aku ingin terbebas dari suara suara itu, karenanya harus punya uang untuk naik bus dari Connecticut ke San Fransisco, menyisakan sedikit uang untuk makan dan sewa kamar setiba di sana. Sisa itu tak usah banyak-banyak. Toh, aku berniat bunuh diri dengan melompat dari Jembatan Golden Gate!

Matikah Ken Steele? Ternyata, dunia nyata selalu “menyelamatkan”-nya. Epimenides, peramal Kreta yang hidup pada abad ke-6 SM, berkata, “Ada kesenangan menjadi gila yang tak dapat dirasakan oleh orang lain kecuali orang gila.”

Ken merasakannya. “Suara-suara itu telah mengisi tempat khusus dalam hidupku. Tanpa mereka, aku merasa sendirian.” (Dharnoto/Intisari)


 

Keuntungan Gak Pake Blackberry....

Senin pagi, dingin bahkan awalnya males masuk karena hari selasa-nya gue mau cuti. Tapi otak gue lagi waras, karena mau cuti itu gue pikir dateng lebih pagi lah, gue mau "manja-in" majikan hari ini..

Sampe kantor, buka Email... Jreeeeenggg !!!!!!! .. Bodo deh, gue cuekin dulu "orderan" itu. Kalo jam di tangan gue gak salah, masih sekitar 2 jam lagi jam kerja dimulai.
1 Jam kemudian, nyonya besar datang, here we go..

Nyonya : Sudah kau lihat itu email, sudah kau kerjakan ?
Gue       : Email apa ?
Nyonya : Apa maksud kau email apa ? kemarin saya ada email untuk perjanjian.
Gue      : Kemarin ? Kan hari minggu bu ??.. #belaga bego gue.. Hihihihiiii...
Nyonya : Iya memang, kan bisa kau buka email di hand phone !
Gue      : Gimana caranya bu, email kantor kan gak bisa nyambung ke handphone saya ??.. #Ngotot yang bener..
Nyonya : Ah, jangan banyak alasan. Kemarin saya buka lewat Handphone kok..
Gue      : Buuu.. Handphone ibu kan Blackberry dan memang bisa online email, nah saya ???
Nyonya : #Diem nyari alesan lagi ..... Ya cepatlah kau beli Blackberry..
Gue      :  Belom perlu bu, yang ini masih bisa digunakan...
Nyonya : #mingkeeeeeeemmm.. Ya sudah, kamu lihat lah email itu sekarang...

Hahahahahahahahaaaaaaa..... Kan, udah dibilangin jangan berkicau mulu. Bego-nya tambah kelihatan kan.. !!!

February 26, 2012

Dosa kah ?

" JANGAN MENGINGINI MILIK SESAMA MU MANUSIA" .... 

Sejak awal gue bekerja di kantor ini, gue sudah merasakan "diskriminasi" yang sangat besar. Gue gak tau apakah hal itu tepat dikatakan sebagai diskriminasi atau tidak...

1. Absensi.

Beberapa kali gue melihat, beberapa orang dengan santainya datang ke kantor walaupun gue  tau kalo jam kantor udah lewat and otomatis, kalo orang itu absen pasti akan termasuk kategori "terlambat" .... tapi ketika hal tersbut gue uangkapkan dalambentuk pertanyaan, mereka selalu membela diri bahwa hal yang mereka lakukan sudah sepengetahuan pihak "YANG BERWENANG" untuk hal ini, so santai aja lah ... HOW COME ??? 


2. Penggantian Biaya Pengobatan.

Yang satu ini...#sigh.. bener-bener diluar nalar gue. Seingat gue dan hasil tanya sana-sini kepada semua orang dikantor (yang bisa tanyakan), hal yang gue mintakan untuk mendapatkan penggantian adalah memang barang-barang yang diperbolehkan dan sudah menjadi hak gue. 
Tapi keadaan yang terjadi dan menurut manusia yang merasa "mempunyai hak atas diri gue" tidak begitu adanya. Dua ratus ribu rupiah bukan nilai yang kecil buat gue, dan nilai itu yang pada awalnya gue harapkan akan diganti oleh kantor atas pembelian vitamin2. Tapi ternyata "..sejak kapan vitamin bisa diberikan penggantian ??..".
So, sejak itu HAK GUE atas Penggantian Biaya Pengobatan dicoret oleh manusia yang merasa "mempunyai hak atas diri gue" ..... Dilain hal, gue tau kalo manusia itu sering kali memanipulasi kwitansi atas biasa perawatan muka-nya, dan meminta penggantian ke kantor. As I know for sure, kalo dia buat kwitansi itu sesuai asli pasti juga akan dipertanyakan ... Too bad, gue gak sebagus dia untuk hal manipulasi and too bad, nasib manusia itu atas penggantian obat dipegang oleh sang atasan yang .. how to say "asal tanda tangan"..???... HOW COME ??

3. Fasilitas "Hiburan" Dari Kantor.

Banyak banget kalo untuk urusan yang satu ini, dari yang fasilitas "Liburan Tahunan" ampe ke urusan tiket atau voucher gratisan. Hal yang sekarang gue rasa-in adalah yang terakhir. Sejak awal gue tau kalo kantor gue sering banget kerjasama dengan pihak lain dan dapet kompensasi berupa voucher atau tiket-tiket gratisan, sejak itu pula gue tidak pernah merasakan "FASILITAS" tersebut. These few days is the hardest day of "gratisan moment"...
As my friend said who had the same situation as i do, WE ARE THE FORGOTTEN PART !!! ... HOW COME ???

Gue sadar apa yang terjadi ama diri gue disebut "IRI" ..tapi apakah hal itu salah ? Gue tau kalo gue mempunyai hak yang sama dengan mereka semua yang mendapatkan semua itu. Malem ini gue melihat status di Facebook dan foto-foto beberapa temen gue yang mendapatkan "fasilitas" itu... GOD PLEASE TAKE THIS JEALOUSY FEELING INSIDE ME... I can't stand it anymore. I worked as hard as they do but still maybe.... 

Bikin seneng diri gue sendiri aja, kalo semua ini pasti ada maksudnya and gue menunggu saat-saat itu.

February 24, 2012

Crying at the office ??... Not my 1st time..

Buat orang yang tidak tahu apa2 tentang diri gue dan bagaimana gue menghadapi suatu masalah, and cuma melihat endingnya aja, tears on my face.. Gak bisa disalahin kalo orang akan berpikir kalo gue cengeng..
Gpp kok, terserah kalian mau menyebut gue apa dan terserah kalian kalo apa yang kalian dengar atau lihat itu kemudian kalian jadikan bahan gosip dan akhirnya jadi menilai orang by it's cover..


FYI...
- im not that thin
- im not that weak
- its not easy for me to put tears on my face


Tapi kenapa kemarin sampai kejadian... #sigh, it's been too long guys, wish you only knew. I'm just human, the hardest rock even can be break by a drop of water, lah trus gue ???


And yes, its not my 1st time.. At least you know that, i am a normal girl who could get hurt and can get tears on my face.. 
I can smile and cheer up in front of you, but when i'm alone by my self, i'm just me, a tiny human being in the universe..


Me, who still has tears and sadness..

February 23, 2012

Who to blame ?

Masih inget dong ama kejadian pelecehan di Bus TransJakarta atau di Kereta atau pun kejadian pemerkosaan di angkot2 itu... Let's talk about that, shall we ?


The big question is "who to blame ?" ...


Malem ini gue baru sampe di terminal lebak bulus jam 10 malem, untuk ukuran perempuan normal jam segitu udah bukan waktunya berkeliaran di terminal nyari angkot mana yang gak nge-tem and langsung mau jalan. Capek nyari angkot, karena ternyata jam segitu semua angkot "doyan nge-tem".. akhirnya dari pada jalan kaki dan diteruskan ngesot pulang kerumah, jadilah gue naik salah satu angkot yang .. well it's full with guys.
SIGH !!!!.... naik atau enggak ya, udah jam 10.15 malam, mo nunggu ampe jam berapa lagi gue. Si sopir tau kalo gue agak ragu2 naik, akhirnya nyuruh temennya yg duduk disebelahnya untuk pindah ke belakang and gue menempati posisi sebagai navigator.. #Jiaaaaahhhh


Tepat didepan gue, angkot warna biru jurusan parung, angkot yang terkenal dengan kecepatannya yg diatas rata-rata karena semua sopirnya pernah ikut test drive untuk F1 yang gak lolos seleksi, akhirnya lah.. jurusan lebak bulus - parung jadi arena mereka, walo pun akhirnya ada juga yg cepat naik kelas a.k.a lewat.. :D
Anyway... persis disebelah angkot biru itu, berdiri 2 cewek #gak jelas ngapain juga mereka, and tempat itu gelap.... Gue yang cewek aja bisa mengatakan bahwa cara berpakaian mereka termasuk "unusual" untuk waktu dan lokasi saat ini, rok yang tingginya 15 cm diatas lutut, ketat, sepatu hak tinggi, dan memasang muka yang "tidak ramah".. mulai lah serangan-serangan itu datang, dari yg cuma suara "suit-suit" lalu panggilan nama yang asal2-an, akhirnya ada yg nekat nyamperin mereka untuk ngajak ngobrol ampe ada yg berani merangkul pinggang salah sati cewek...


" Wooiiiii !!!!!.. Jaga tangan lo bangsat !!!"... wohooooo....seru nih, ribut dong ribut... #setan mulai keluar.. :p


Loh kok marah mba ? ....


See .... semua orang di Republik tercinta ini sedang demam "DEMOKRASI" ... merasa semua orang berhak untuk melakukan apa saja dimana saja, sepanjang apa yang mereka lakukan "tidak menggangu" orang lain.. Is it ??... apakah benar tidak menggangu ??


Di pihak perempuan, "terserah gue dong, ini badan gue, baju apapun yg gue mau pake bukan urusan elo, yang penting gue gak telanjang dimuka umum kok !!" ... #mendingan lo telanjang sekalian mba, yakin dah gak ada yg gangguin, sapa juga yang mau nge-godain orang gila ??... Tapiiiii, memang jaman udah makin maju kok, wanita udah bisa memilih apa yang baik buat mereka sendiri.


Di pihak laki-laki, "ya ampun ada cewek bagus, sayang bener di diemin".. #heeyyy... its human nature, can't blame it either... Tapiiiiii, gak bener juga dong ente main comot, main colek, main pegang.. lo pikir itu perempuan sayur ??.. bisa main lo pegang2 sembarangan ?


JADI MASALAHNYA DIMANA ????....


Menurut gue semua salah, si cewek terlalu moderate karena demokrasi itu sampe lupa ama yang namanya "lingkungan".. emang sih terserah lo mau pake baju model apa, warna tabrakan kayak gimana, tapi once again, liat keadaan bu.. jangan salahin laki2 kalo jadinya iseng karena kebodohan lo sendiri.
And buat si cowok, bos.. tangan ama mulutnya di sekolahin kan ??... apa gak ada yg lebih penting lo lakukan selain memulai keributan yg sebenarnya memang sudah dimulai tanpa sengaja oleh orang lain, intinya ente terpicu untuk meningkatkan "kadar ke-onaran" dimasyarakat itu.


So it would be better for everyone to realize that, we're living among others..


Who to blame ??...  Gak ada asap kalo gak ada api, #maksudnya ??... jawab ndiri ah, nanya mulu.. :D

Bunga Terakhir - Afgan (HD audio video)

February 18, 2012

Anger management: 10 tips to tame your temper

Do you find yourself fuming when someone cuts you off in traffic? Does your blood pressure go through the roof when your child refuses to cooperate? Anger is a normal and even healthy emotion — but it's important to deal with it in a positive way. Uncontrolled anger can take a toll on both your health and your relationships.

Ready to get your anger under control? Start by considering these 10 anger management tips.


No. 1: Take a timeout

Counting to 10 isn't just for kids. Before reacting to a tense situation, take a few moments to breathe deeply and count to 10. Slowing down can help defuse your temper. If necessary, take a break from the person or situation until your frustration subsides a bit.

No. 2: Once you're calm, express your anger

As soon as you're thinking clearly, express your frustration in an assertive but nonconfrontational way. State your concerns and needs clearly and directly, without hurting others or trying to control them.

No. 3: Get some exercise

Physical activity can provide an outlet for your emotions, especially if you're about to erupt. If you feel your anger escalating, go for a brisk walk or run, or spend some time doing other favorite physical activities. Physical activity stimulates various brain chemicals that can leave you feeling happier and more relaxed than you were before you worked out.

No. 4: Think before you speak

In the heat of the moment, it's easy to say something you'll later regret. Take a few moments to collect your thoughts before saying anything — and allow others involved in the situation to do the same.

No. 5: Identify possible solutions

Instead of focusing on what made you mad, work on resolving the issue at hand. Does your child's messy room drive you crazy? Close the door. Is your partner late for dinner every night? Schedule meals later in the evening — or agree to eat on your own a few times a week. Remind yourself that anger won't fix anything, and might only make it worse.

No. 6: Stick with 'I' statements

To avoid criticizing or placing blame — which might only increase tension — use "I" statements to describe the problem. Be respectful and specific. For example, say, "I'm upset that you left the table without offering to help with the dishes," instead of, "You never do any housework."

No. 7: Don't hold a grudge

Forgiveness is a powerful tool. If you allow anger and other negative feelings to crowd out positive feelings, you might find yourself swallowed up by your own bitterness or sense of injustice. But if you can forgive someone who angered you, you might both learn from the situation. It's unrealistic to expect everyone to behave exactly as you want at all times.

No. 8: Use humor to release tension

Lightening up can help diffuse tension. Don't use sarcasm, though — it can hurt feelings and make things worse.

No. 9: Practice relaxation skills

When your temper flares, put relaxation skills to work. Practice deep-breathing exercises, imagine a relaxing scene, or repeat a calming word or phrase, such as, "Take it easy." You might also listen to music, write in a journal or do a few yoga poses — whatever it takes to encourage relaxation.

No. 10: Know when to seek help

Learning to control anger is a challenge for everyone at times. Consider seeking help for anger issues if your anger seems out of control, causes you to do things you regret or hurts those around you. You might explore local anger management classes or anger management counseling. With professional help, you can:
Learn what anger is
Identify what triggers your anger
Recognize signs that you're becoming angry
Learn to respond to frustration and anger in a controlled, healthy way
Explore underlying feelings, such as sadness or depression
Anger management classes and counseling can be done individually, with your partner or other family members, or in a group. Request a referral from your doctor to a counselor specializing in anger management, or ask family members, friends or other contacts for recommendations. Your health insurer, employee assistance program (EAP), clergy, or state or local agencies also might offer recommendations.
Source : MAYO CLINIC

February 17, 2012

Makna Kekuatan Kata-Kata

Spectacular Tricks to Teach Your Body

One of the complex machine in the world is nothing but Our human body. There are lot of amazing things that are yet to be learned from the human body. Not all things are know to our body, there are few cool tricks that we can teach our body. So, let's see those cool tips...

 
  1. If you've got an itch in your throat, scratch your ear. When the nerves in the ear get stimulated, they create a reflex in the throat that causes a muscle spasm, which cures the itch.
  2.  Having trouble hearing someone at a party or on the phone? Use your right ear it's better at picking up rapid speech. But, the left is better at picking up music tones.
  3. If you need to relieve yourself BADLY, but you're not anywhere near a bathroom, fantasize about RELATIONS. That preoccupies your brain and distracts it.
  4. Next time the doctor's going to give you an injection, COUGH as the needle is going in. The cough raises the level of pressure in your spinal canal, which limits the pain sensation as it tries to travel to your brain.
  5. Clear a stuffed nose or relieve sinus pressure by pushing your tongue against the roof of your mouth then pressing a finger between your eyebrows. Repeat that for 20 seconds it causes the vomer bone to rock, which loosens your congestion and clears you up.
  6. If you ate a big meal and you're feeling full as you go to sleep, lay on your left side. That'll keep you from suffering from acid reflux it keeps your stomach lower than your esophagus, which will help keep stomach acid from sliding up your throat.
  7. You can stop a toothache by rubbing ice on the back of your hand, on the webbed area between your thumb and index finger. The nerve pathways there stimulate a part of the brain that blocks pain signals from your mouth.
  8. If you get all messed up on liquor, and the room starts spinning, put your hand on something stable. The reason: Alcohol dilutes the blood in the part of your ear called the cupula, which regulates balance. Putting your hand on something stable gives your brain another reference point, which will help make the world stop spinning.
  9. Stop a nose bleed by putting some cotton on your upper gums right behind the small dent below your nose and press against it hard. Most of the bleeding comes from the cartilage wall that divides the nose, so pressing there helps get it to stop.
  10. Slow your heart rate down by blowing on your thumb. The vagus nerve controls your heart rate, and you can calm it down by breathing.
  11. Need to breathe underwater for a while? Instead of taking a huge breath, HYPERVENTILATE before you go under, by taking a bunch of short breaths. That'll trick your brain into thinking it has more oxygen, and buy you about 10 extra seconds.
  12. You can prevent BRAIN FREEZE by pressing your tongue flat against the roof of your mouth, covering as much surface area as possible. Brain freeze happens because the nerves in the roof of your mouth get extremely cold, so your brain thinks your whole body is cold. It compensates by overheating which causes your head to hurt. By warming up the roof of your mouth, you'll chill your brain and feel better.
  13. If your hand falls asleep, rock your head from side to side. That will wake your hand or arm up in less than a minute. Your hand falls asleep because of the nerves in your neck compressing so loosening your neck is the cure. If your foot falls asleep, that's governed by nerves lower in the body, so you need to stand up and walk around.
  14. Finally, this one's totally USELESS, but a nice trick. Have someone stick their arm out to the side, straight, palm down. Press down on his wrist with two fingers. He'll resist, and his arm will stay horizontal. Then, have him put his foot on a surface that's half an inch off the ground, like a stack of magazines, and do the trick again. Because his spine position is thrown off, his arm will fall right to his side, no matter how much he tries to resist.
  15. Got the hiccups? Press thumb and second finger over your eyebrows until the hiccups are over - usually shortly.